cahaya

Al Quran menghitung kecepatan cahaya
--------------------------------------------
NAMA Albert Einstein melekat dengan dunia fisika dan menjadi ikon
fisika modern. Rumus E = mc2 dianggap sebagai rumus Einstein yang
dalam pandangan awam merupakan "rumus" untuk membuat bom atom. Albert
Einstein memang pantas dianggap sebagai tokoh utama yang memimpin
revolusi di dunia fisika.

Salah satu teorinya yang mendobrak paradigma fisika
berbunyi "kecepatan cahaya merupakan tetapan alam yang besarannya
bersifat absolut dan tidak bergantung kepada kecepatan sumber cahaya
dan kecepatan pengamat".

Menurut Einstein, tidak ada yang mutlak di dunia ini (termasuk waktu)
kecuali kecepatan cahaya. Selain itu, kecepatan cahaya adalah
kecepatan tertinggi di alam ini. Artinya, tidak mungkin ada (materi)
yang kecepatannya melebihi kecepatan cahaya. Pendapat Einstein ini
mendapat dukungan dari hasil percobaan yang dilakukan pada akhir abad
ke-19 dan awal abad ke-20 oleh Michelson-Morley, Fizeu, dan Zeeman.

Di mata awam, postulat Einstein ini memunculkan banyak keanehan.
Misalnya, sejak dulu logika kita berpendapat bahwa jika kita bergerak
dengan kecepatan v1 di atas kendaraan yang berkecepatan v2, kecepatan
total kita terhadap pengamat yang diam adalah v1 + v2. Tetapi,
menurut Einstein, cara penghitungan tersebut salah karena dapat
mengakibatkan munculnya kecepatan yang melebihi kecepatan cahaya.
Oleh karena itu, menurut Einstein, formula penjumlahan kecepatan yang
benar adalah sebagai berikut:

(v1 +v2) / (1+(v1 x v2 / c2 )).


Sinodik dan Siderial

Dalam menghitung gerakan benda langit, digunakan dua sistem yaitu
Sinodik dan Siderial. Sistem Sinodik didasarkan pada gerakan semu
Bulan dan Matahari dilihat dari Bumi. Sistem ini menjadi dasar
perhitungan kalender Masehi di mana satu bulan = 29,53509 hari.

Sistem Siderial didasarkan pada gerakan relatif Bulan dan Matahari
dilihat dari bintang jauh (pusat semesta). Sistem ini menjadi dasar
perhitungan kalender Islam (Hijriah) di mana satu bulan = 27,321661
hari. Ahli-ahli astronomi selalu mendasarkan perhitungan gerak benda
langit (mechanical of Celestial) kepada sistem Siderial karena
dianggap lebih eksak dibandingkan sistem Sinodik yang mengandalkan
penampakan semu dari Bumi.

Sinyal dari Alquran

Mengetahui besaran kecepatan cahaya adalah sesuatu yang sangat
menarik bagi manusia. Sifat unik cahaya yang menurut Einstein adalah
satu-satunya komponen alam yang tidak pernah berubah, membuat
sebagian ilmuwan terobsesi untuk menghitung sendiri besaran kecepatan
cahaya dari berbagai informasi .

Seorang ilmuwan matematika dan fisika dari Mesir, Dr. Mansour Hassab
Elnaby merasa adanya sinyal-sinyal dari Alquran yang membuat ia
tertarik untuk menghitung kecepatan cahaya, terutama berdasarkan data-
data yang disajikan Alquran. Dalam bukunya yang berjudul A New
Astronomical Quranic Method for The Determination of the Speed C,
Mansour Hassab Elnaby menguraikan secara jelas dan sistematis tentang
cara menghitung kecepatan cahaya berdasarkan redaksi ayat-ayat
Alquran. Dalam menghitung kecepatan cahaya ini, Mansour menggunakan
sistem yang lazim dipakai oleh ahli astronomi yaitu sistem Siderial.

Ada beberapa ayat Alquran yang menjadi rujukan Dr. Mansour Hassab
Elnaby. Pertama, "Dialah (Allah) yang menciptakan Matahari bersinar
dan Bulan bercahaya dan ditetapkannya tempat bagi perjalanan Bulan
itu, agar kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan " (Q.S.
Yunus ayat 5).

Kedua, " Dialah (Allah) yang menciptakan malam dan siang, matahari
dan bulan masing-masing beredar dalam garis edarnya" (Q.S. Anbia ayat
33).

Ketiga, "Dia mengatur urusan dari langit ke Bumi, kemudian (urusan)
itu kembali kepadaNya dalam satu hari yang kadarnya seribu tahun
menurut perhitunganmu" (Q.S. Sajdah ayat 5).

Dari ayat-ayat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa jarak yang
dicapai "sang urusan" selama satu hari adalah sama dengan jarak yang
ditempuh
Bulan selama 1.000 tahun atau 12.000 bulan. Dalam bukunya, Dr.
Mansour menyatakan bahwa "sang urusan" inilah yang diduga sebagai
sesuatu "yang berkecepatan cahaya ".

Hitungan Alquran

Dari ayat di atas dan menggunakan rumus sederhana tentang kecepatan,
kita mendapatkan persamaan sebagai berikut:

C x t = 12.000 x L ...............(1)

C = kecepatan "sang urusan" atau kecepatan cahaya

t = kala rotasi Bumi = 24 x 3600 detik = 86164,0906 detik

L = jarak yang ditempuh Bulan dalam satu edar = V x T

Untuk menghitung L, kita perlu menghitung kecepatan Bulan. Jika
kecepatan Bulan kita notasikan dengan V, maka kita peroleh persamaan:

V = (2 x � x R) / T

R = jari-jari lintasan Bulan terhadap Bumi = 324264 km

T = kala Revolusi Bulan = 655,71986 jam, sehingga diperoleh

V = 3682,07 km / jam (sama dengan hasil yang diperoleh NASA)

Meski demikian, Einstein mengusulkan agar faktor gravitasi Matahari
dieliminir terlebih dahulu untuk mendapatkan hasil yang lebih eksak.

Menurut Einstein, gravitasi matahari membuat Bumi berputar sebesar :

a = Tm / Te x 360°

Tm = Kala edar Bulan = 27,321661 hari

Te = Kala edar Bumi = 365,25636 hari, didapat a= 26,92848°

Besarnya putaran ini harus dieliminasi sehingga didapat kecepatan
eksak
Bulan adalah

Ve= V cos a.

Jadi, L = ve x T, di mana T kala edar Bulan = 27,321661 hari =
655,71986
jam

Sehingga L = 3682,07 x cos 26,92848° x 655,71986 = 2152612,336257 km

Dari persamaan (1) kita mendapatkan bahwa C x t = 12.000 x L

Jadi, diperoleh C = 12.000 x 2152612,336257 km / 86164,0906 detik

C = 299.792,4998 km /detik



Hasil hitungan yang diperoleh oleh Dr. Mansour Hassab Elnaby ternyata
sangat mirip dengan hasil hitungan lembaga lain yang menggunakan
peralatan sangat canggih. Berikut hasilnya :

Hasil hitung Dr. Mansour Hassab Elnaby C = 299.792,4998 km/detik

Hasil hitung US National Bureau of Standard C = 299.792,4601 km/ detik

Hasil hitung British National Physical Labs C = 299.792,4598 km/detik

Hasil hitung General Conf on Measures C = 299.792,458 km/detik

Penutup

Lepas dari benar tidaknya interpretasi yang dilakukan oleh Dr.
Mansour Hassab Elnaby, usaha demikian menunjukkan betapa kitab suci
Alquran memiliki tantangan bagi para ilmuwan untuk lebih kreatif dan
tajam dalam mengungkap fenomena-fenomena alam.

Boleh jadi, apa yang disajikan Dr. Mansour Hassab Elnaby merupakan
bukti tambahan bahwa Alquran benar-benar datang dari Sang Khalik.***


{http://www.mail-archive.com/perbendaharaan-list@yahoogroups.com/msg03414.html)

A.W.SURVEY